Ilalang_Travelling_Pacitan_dua

Pesona Bawah Tanah Pacitan

               Sinar mentari yang menyorot mulut luweng jaran perlahan sirna begitu kami bergerak kedasar goa (19/9/14). Dengan merambat tali yang menjulur masuk, kami bergiliran menyusup ke lubang dengan dua teras sedalam 32 meter. Ketika sampai dan tiba didasar ceruk kejutan demi kejutan pun menanti.(oleh: Harry Susilo)

            Disebuah lorong dengan ukuran melebihi aula kampus atau gedung pertemuan. Gelap ganti menyergap. Dinding karst yang lembab memancarkan dingin. Sorot senter kepala (head lamp) menjadi cahaya yang paling berharga.

            Goa luweng yang terletak di Desa Jlubang, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang berjarak 40 Km dari pusat kota Pacitan ini merupakan salah satu Geosite (situs geologi) dalam kawasan Geopark Gunung Sewu yang kini tengah di usulkan menjadi kawasan Gepark Dunia. Dalam Goa ini membentang lorong sepanjang 17 KiloMeter dan sarat akan ornamen dengan berjuta-juta hiasan  goa. Skalaktit dan stalagmite yang menjuntai, lekukan tirai yang menghampar seolah turun dari atap, batuan besar bagai pilar, serta mutiara goa.

            Senter kepala yang membebat helm hanya dapat menerangi 50-100 meter kedepan. Namun, lorong yang penuh labirin itu menawarkan misteri yang jauh tak terjangkau dan menyimpan keindahan bawah tanah. Bunyi tetesan air dari skalaktit menggema hingga ke dinding goa sebagai irama music dikegelapan yang memecah keheningingan di dalam Goa. Semakin dalam menjelajahi kedalaman lorong goa, rasa penasaran kian membuncah. Ceruk-ceruk yang akan dijumpai dalam penelusuran bias jadi tak terduga keindahan bentuk-bentuknya.

            Di sejumlah goa para traveller atau penggiat alam bebas dapat menemukan ruangan sebesar hangar pesawat atau bahkan mendapati lorong yang tidak dapat dimasuki oleh anak kecil sekalipun. Tak jarang pula kita akan melewati tanah atau genangan berlumpur yang menghambat, juga terdapat static pool, sungai bawah tanah, danau yang segar, aliran air yang cukup derras, atau bahkan air terjun yang mengucur deras yang akan melengkapi kegembiraan hati dan terkadang kita menemukan beberapa ceruk yang kita lintasi airnya hingga kedalaman  satu meter dan begitu jernih sekali (*gak kebayang yaah?? hehehe).

            Jika pendaki gunung merasa bangga mencapai puncak, lain halnya bagi para penelusur Goa. Titik bagi para traveller pecinta penelusur Goa adalah saat menemukan lorong, ruang dan ceruk baru yang belum pernah di eksplorasi. Mengeksplorasi kekayaan alam dunia bawah tanah seolah tidak berujung. Berkawan dengan gelap, bercengkrama dengan keheningan membuat lupa akan waktu. Meski dibawah tanah para traveller penelusur goa tidak akan pernah memusuhi akan kegelapan karena kegelapanlah yang membuat kesadaran akan betapa berharganya cahaya (*Arti Dari Sebuah petualangan nihhhh.. hihi ). Setelah keasyikan dengan gelap rindu pun datang dengan secercah cahaya matahari, cahaya yang menuntun menemukan jalan pulang, jalan kembali ke peradaban.

            Cerita punya cerita, selidik punya selidik dan konon Luweng Jaran ini di ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat, kemudian di eksplorisasi pertama kali oleh Tim Ekspedisi Gabungan Angelo – Australian, yang di dampingi oleh Penelusur Goa dari Indonesia pada tahun 1984 dan dibeberapa referensi pada tahun 1987. Berdasarkan hasil pemetaan dari berbagai penelusuran, lorong Luweng jaran membentang sepanjang 17 KM.

            Pada saat itu hasil pemetaan mencapai 11km, kemudian ekspedisi di lanjutkan 2 tahun sekali. Pada tahun 1992 kembali ekspedisi dapat menggabungkan Luweng Jaran dengan Luweng Punung Plente sehingga panjang totalnya mencapai 19 km. Pada tahun 2002 Luweng Jaran terdaftar dalam goa terpanjang di dunia dengan panjang total 25km. Goa ini sangat berbahaya di musim hujan, karena merupakan Swallow Hole atau tempat menghilang nya sungai permukaan kedalam goa. Cukup banyak penelusur yang terjebak banjir di goa ini.

            Untuk menelusuri goa ini diperlukan peralatan vertical (SRTset), sumuran pertama dengan kedalaman 12meter, sampai keteras pertama dengan jarak sekitar 25 meter. Setelah sumuran kedua terdapat lorong yang sangat besar, mulai disini medan dapat di tempuh tanpa menggunakan peralatan vertikal. Disarankan untuk membawa peta goa atau meninggalkan marker supaya tidak tersesat dalam kegiatan penelususuran di goa ini.

            Sekretaris Desa Jlubeng menuturkan, warga setempat menamai Goa ini dengan Luweng Jaran karena sesuai dengan dongen kuno (*pengantar bobo kali yaa?? hehehe) yakni, kisah tentang seorang pengelana yang hanyut kedalam goa beserta kuda yang ditungganginya, hujan yang deras mendera desa jubleng sehingga air bah cukup deras dan cepat masuk kedalam mulut goa.

Ilalang_Travelling_Pacitan_3

            Luweng Jaran termasuk salah satu dari 13 Geosite(situs geologi) di Kabupaten Pacitan. Goa ini memiliki system pergoaan terpanjang  di pulau Jawa (bahkan terpanjang se-Indonesia) dengan jaringan lorong dan sungai bawah tanah yang rumit serta hiasan yang langka. Keelokan Luweng Jaran tak terlepas dari panorama struktur geologi yang tersebar di dinding atap, bahkan lantai goa. Namun akses dan mulut goa yang vertical tidak membuat goa ini didatangi. Luweng Jaran juga dapat disebut sebagai Goa Labirin karena lorong nya bercabang – cabang dan bertingkat. Pesona bawah tanah pacitan menjadi sebuah tujuan yang sayang untuk dilewatkan jika sahabat ilalang berkunjung ke pacitan. (Oleh:  H/A)

2182 Total Views 1 Views Today
Posted in Traveling.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *